MODUL PEMBELAJARAN ZOOLOGI INVERTEBRATA
4. Platyhelminthes
A. Pengertian platyhelminthes
Platyhelminthes
berasal dari bahasa yunani, (Platy = Pipih dan Helminthes = cacing).
Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. cacing
pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga
lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.Merupakan
binatang triploblastik aselomata, tubuh pipih seperti pita, hidup di air tawar,
laut, tanah yang lembab atau sebagai parasit pada hewan/ tumbuhan. Cacing yang
hidup parasit mempunyai lapisan kuticula, alat penghisap atau alat kait yang
digunakan untuk menempel pada dinding sel inangnya.Saluran pencernakan belum
sempurna, hanya mempunyai mulut tanpa anus, ususnya bercabang-cabang.
B. Karakteristik Platyhelminthes
Ciri-ciri
Platyhelminthes:
1.
Memiliki tiga lapisan
tubuh (triploblastik)
2.
Tidak memiliki rongga
tubuh (aselomata)
3.
Simetri bilateral
4.
Memiliki sistem syaraf
(tangga tali) berupa Ganglion anterior
5.
Sistem pencernaan satu
lubang
6.
Tidak memiliki sitem
sirkulasi, respirasi, dan ekskresi
7.
Hidup di air
tawar/laut, tempat lembab, atau di dalam tubuh hewan lain.
Struktur tubuh
dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes.
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga.
Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga.
Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
Reproduksi
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual
dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh
Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
Cara
Hidup dan Habitat
Platyhelminthes
ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa
organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh
inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut,
dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh
inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia
C. Klasifikasi
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).
1. Turbellaria (cacing rambut getar)
Turbellaria memiliki
ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk
bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti
gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah
satucontohTurbellaria,yaituDugesia.
Contoh hewan
kelas turbellaria
1. Dugesia
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari,makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam,usus.
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari,makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam,usus.
Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.
2.
Planaria sp
Ciri-ciri umum Planaria:
1.
Panjang tubuh
planaria dapat mencapai 2-3 cm.
2.
Tubuhnya ditutupi
oleh lapisan epidermis yang mengandung kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka.
3.
Pada epidermis
bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia) yang bangun untuk
pergerakan.
4.
Bagian kepala
planaria tampak berbentuk segitiga.
5.
Pada bagian
tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas
cahaya.
6.
Anggota Turbellaria
merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki silia(bulu getar).
7.
Salah satu
turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/ Dugesia sp.
8.
Planaria biasanya
hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih, melekat pada batu-batuan, atau
daun.
9.
Bintik mata
tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.
10.
System pencernaan
makanan planaria terdiri atas mulut, kerongkongan dan usus.
11.
Faring dapat
dijulurkan untuk menangkap makanan.
12.
Memiliki usus
yang bercabang tiga, satu cabang kearah anterior dan dua cabang kea rah
posterior.
13.
Alat ekskresi
jenis cacing ini berupa sel api.
14.
Susunan sarafnya
merupakan system tangga tali.
15.
Planaria
bereproduksi dengan cara generatif dan vegetatif.
16.
Reproduksi secara
generatif terjadi melalui pembuahan sel telur oleh spermatozoid.Lubang kelamin
terdapat di sebelah bawah mulut.
17.
Planaria bersifat
hermafrodit.
18.
Reproduksi secara
vegetatif dilakukan melalui fragmentasi.
19.
Planaria dikenal
dengan memiliki daya regenerasi yang tinggi.
20.
Jika tubuhnya
dipotong-potong, maka setiap potongan tubuhnya akan tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru.
21.
Sel-sel api
(Flame Cell), dimiliki oleh organisme Platyhelmintes, seperti planaria. Sel-sel
api didistribusikan sepanjang sistem tabung bercabang. Cairan tubuh disaring
melalui sel-sel api, dengan cara memindahkan cairan ke dalam sistem tabung yang
dimiliki organisme tesebut. Zat buangan (air dan garam) disekresi dari sistem
tabung melalui lubang-lubang (pori-pori) yang ke luar tubuh.
Saluran
Pencernaan
Saluran pencernaannya
terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran
pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang
lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan
anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang
bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior.
Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang
usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan
hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus,
sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Sistem
Ekskresi
Hewan
ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme
berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi
berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di
tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas
silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran
yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
Sistem
Saraf
Sistem
saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia
ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian
tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara horisontal
menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga
tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral
bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-cabang
saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan
dan ujung belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka
terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata.
Sistem
Reproduksi
Reproduksi
terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya
hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara
dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat.
Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang,
dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang
kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka
terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin
sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma
tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan
sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi,
yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring
sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan
melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap.
Kemampuan
untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal
memiliki daya regenerasi yang tinggi.


Reproduksi planaria struktur tubuh
planaria
2. Trematoda (cacing isap)
Trematoda disebut
sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap
terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk
menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan
berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan
hewan parasit.
Trematoda dewasa pada
umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah
vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi
permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki
silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing
hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis
inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati
terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati
dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri
terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia
antara lain sebagai berikut :
1. Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
2. Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
3. Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
1. Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
2. Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
3. Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
Contoh hewan kelas trematoda
1. Fasciola
hepatica
Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati
merupakan anggota dari Trematoda (Platyhelminthes). Cacing hati mempunyai
ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 – 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat
mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat
pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga
terdapat alat kelamin.
Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari
kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak.
Ciri-ciri Fasciola Hepatica
Fasciola Hepatica hidup pada saluran empedu hewan
ternak. Tubuh berbentuk seperti daun yang membulat pada ujung depan dan lancip
pada ujung belakang. Panjang tubuh sekitar 30 mm. alat hisap depan dikelilingi
oleh mulut. Mulut dilengkapi dengan faring dan esophagus. Cacing ini memiliki
saluran pencernaan yang hanya memiliki satu lubang sebagai mulut dan sekaligus
sebagai anus.
Alat eksresi fasciola hepatica berupa sel api (flame
cell). System saraf dilengkapi sepasang ganglion dengan saraf longitudinal dan
saraf transversal.
Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica jantan memiliki
sepasang testis dan penis. Testis bercabang-cabang yang terletak di bagian
tengah tubuh. Alat reproduksi pada cacing betina adalah ovarium. Ovarium yang
bercabang ini memiliki kelenjar kuning telur. Setiap telur yang telah mengalami
fertilisasi bercampur dengan kuning telur dan diberi pelindung berupa cangkang.
Telur yang keluar dari tubuh cacing akan melewati
saluran empedu yang kemudian sampai di usus halus (intestin). Telur keluar dari
tubuh hewan ternak melalui feses. Telur yang berada pada lingkungan yang ideal
akan menetas pada waktu 9 hari. Jika suhu dingin, telur dapat bertahan untuk
beberapa tahun.

Struktur tubuh fasciola hepatica
Siklus hidup Fasciola Hepatica

Gambar : Siklus hidup Fasciola Hepatica
Telur Fasciola Hepatica menetas menjadi larva bersilia
yang disebut mirasidium. Mirasidium akan berenang di air tetapi tidak lebih
dari 24 jam. Mirasidium ini harus menemukan inang sementara, yaitu siput air
tawar (Lymnaea javanica). Jika larva tidak menemukan siput air tawar,
mirasidium akan mati. Larva mirasidium menginfeksi siput air tawar disertai
menghilangkan silianya. Dalam waktu dua minggu larva mirasidium
berkembang,menjadisporokist.
Dalam tubuh siput, sporokist secara paedogenesis berkembang menjadi larva lain yaitu disebut redia. Setiap satu sporokist akan menjadi 3-8 redia. Setelah delapan hari, redia berubah menjadi serkaria dengan ekor yang membulat.
Serkaria ini akan keluar dari tubuh siput. Larva akan berenang untuk beberapa jam dan menempel pada rumput air. Pada waktu menempel di rumput air, larva serkaria melepaskan ekornya sehingga berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria dapat menempel pada rumput sampai beberapa bulan. Jika rumput dimakan oleh hewan ternak, larva ini kan masuk ke usus halus hewan ternak. Larva ini menembus dinding usus dan bersama aliran darah dapat sampai ke hati hewan ternak untuk beberapa minggu. Setelah dari hati, larva menuju saluran empedu dan menjadi dewasa. Cacing dewasa dalam saluran empedu akan bertelur. Telur tersebut keluar melalui usus.
Daur hidup Chlonorchis
sinensis
·
Daur
hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica,
·
TuMiSiR
Calon MC ( Telur - Mirasidium - Sporosis - Redia - Cercaria - MetaCercaria )
hanya saja metaserkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan
air tawar yang berperan sebagai inang sementara
·
Struktur
tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepaticahanya
berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
Daur hidup Schistosoma
japonicum.
·
Cacing
darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia
·
kemudian
menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica
urinaria),
·
lalu
telur keluar bersamatinja dan urine.
·
Telur
akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput.
·
Kemudian
dalam tubuh siput akan berkembang menjadi larva sporosis - redia dan
serkaria
·
serkaria
menjadi metacercaria yang ekornya bercabang.
·
meta
serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman
atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis
(banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan
kelainan fungsi pada hati, jantung,
limpa, kantong urine dan ginjal.
Beberapa
jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lainsebagai berikut
:
1.
Opisthorchis
sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang
perantaranya adalah siput air dan ikan.
2.
Schistosoma
japonicum Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah padasaluran pencernaan
manusia.
3.
Oncomelania
hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam,
anemia, disentri,berat badan turun, dan pembengkakan hati.
4.
Paragonimus
westermaniCacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah
udang air tawar.
3.
Cestoda (cacing pita)
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena
bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan
terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan
rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis
Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum)
yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada
bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan
dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan
tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia
dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak
sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada
taenia solium.
Cacing pita memiliki ciri khusus berupa bentuk
tubuhnya yang pipih dan memanjang seperti pita. Cacing jenis ini tidak
mempunyai saluran pencernaan karena sari-sari makanan akan langsung bisa
diserap melalui permukaan tubuhnya. Tubuh Cestoda terdiri dari ruas-ruas yang
disebut dengan proglotid. Setiap proglotid pada cacing pita mempunyai sistem
reproduksi dan ekskresinya sendiri, oleh karena itulah cacing pita dianggap
sebagai koloni individu.
Ciri – ciri Cestoda
·
Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih
seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita Cacing
dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata
dan invetebrata.
·
Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki
struktur pipih dan tertutup oleh kutikula ( zat lilin)
·
Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena
anggotanya berupa cacing yang bentuknya pipih panjang seperti pita.
·
CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara
morfologi : Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing
disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang
memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
·
Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing
pita disebut Strobilasi.
·
Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh
bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks)
dan tubuh (strobila).
·
Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari
dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung
alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap
segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
·
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit
dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
·
Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia
Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat
pengisap yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara
Babi.
·
Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia
solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
·
Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ
tubuh inangnya.
·
Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk
proglotid.
·
Setiap proglotid mengandung organ kelamin
jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
·
Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi
sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri).
·
Makin ke posterior segmen makin melebar dan
setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
·
Proglotid yang dibuahi ( yang matang )
terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh cacing.
·
Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi)
dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
·
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit
dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.

Contoh cacing pita antara lain adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Cacing ini adalah parasit pada tubuh manusia dengan inang perantara hewan babi dan sapi. Cacing ini masuk kedalam tubuh sapi atau babi melalui larva Taenia .sp yang termakan kedua hewan tersebut. Larva yang tertelan kemudian akan berada di usus halus dan tumbuh menjadi heksakan. Larva ini kemudian akan menembus usus halus lalu terbawa oleh aliran darah dan masuk ke dalam daging. Jika daging babi atau sapi ini dimakan oleh manusia, maka cacing ini akan masuk dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Cacing pita dewasa dapat mencapai ukuran panjang tubuh hingga 20 cm. Dan berikut adalah gambar ilustrasi daur hidup Taenia .sp
Contoh
hewan kelas cestoda
CACING PITA ( Taenia
sp )
Manusia adalah
satu-satunya inang utama dari perkembangan cacing ini . sebagai inang permanen
“host definitif” untuk Taenia saginata dan Taenia solium , maka tentu ada
inang sementara (Hospes) yang sebelum berada di manusia , Hospes itu
adalah Ternak . Ternak bisa sapi ataupun babi ,
1. Sapi sebagai pembawa Taenia saginata
2. Babi sebagai pembawa Taenia solium
Manusia yang
mengandung cacing pita dewasa di usus halusnya itu , dipastikan
pada Proglotid segmen terakhir yang masak “mature” banyak mengandung telur
yang sudah dibuahi membentuk Zygot. Dimana telur yang ada di
Progloyid itu dilepaskan (Fragmentasi) sehingga mengikuti sisa makanan ke usus
besar dan ke anus . Telur yang berada bersama kotoran itu ; bisa bertahan
selama berhari-hari untuk bulan di lingkungannya .
Sapi (T. saginata) dan babi (T. solium)
menjadi terinfeksi oleh vegetasi rumput yang terkontaminasi dengan telur
atau proglottids itu.
Dalam usus ternak
telur tergesek sehinngga menetas membentuk larva yang disebut Oncospheres
, segera tumbuh membentuk larva Hexacant ( larva dengan 6 kait yang
tajam), hexacant menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik (
daging) , di mana mereka berkembang menjadi Cysticercus. Sebuah cysticercus
dapat bertahan hidup selama beberapa tahun di daging Ternak.
Manusia terinfeksi
karena menelan mentah atau setengah matang daging yang terinfeksi / di dalamnya
ada Cysticercusnya . Dalam usus manusia Cysticercus berkembang lebih dari 2
bulan menjadi cacing pita dewasa , yang dapat bertahan hidup selama
bertahun-tahun.
Cacing pita dewasa
melekat pada usus halus dengan Scolexnya { kepala) dan scolex
mereka berada menancap di dinding usus halus Panjang cacing dewasa
biasanya 5 m atau kurang untuk T. saginata (namun mungkin mencapai sampai 25 m)
dan 2 untuk 7 m untuk T. solium.
Proglottids atau
bagian segment nya dari cacing pita bagian posterior yang paling belakang (
paling dewasa) menghasilkan telur yang matang, Proglotid itu
kemudian dilepaskan dari cacing pita, dan bermigrasi ke usus besar , bersama
kotoran segera le anus (sekitar 6 per hari).
·
Taenia saginata
dewasa biasanya memiliki 1.000 hingga 2.000 proglottids,
·
Taenia solium dewasa
memiliki rata-rata 1.000 proglottids.
·
Telur yang terkandung
dalam proglottids yang dewasa dilepaskan bersama kotoran.
·
Taenia saginata
dapat menghasilkan sampai 100.000 telur
·
Taenia solium
dapat menghasilkan 50.000 telur per proglottid masing-masing.
Ø Distribusi geografis pada cacing pita Taenia solium lebih menonjol di masyarakat miskin di mana manusia hidup
dalam hubungan yang dekat dengan babi dan makan daging babi kurang matang, dan
sangat jarang terjadi di negara-negara Muslim.
Ø Siklus Cacing Pita ( Taenia saginata / Taenia solium ) adalah T-O-H- C
(Cacing) maksudnya Dari Telur – Oncosfer – Hexacant – Cysticercus ( diternak ) dan dimanusia menjadi Cacing
dewasa .
Ø Manusia terinfeksi cacing pita ketika makan daging ternak yang mengandung
Cysticercus,artinya manusia terinfeksi oleh cacing pira tidak dalam bentuk
cacing dewasa , atau dari telurnya atau dalam bentuk jarva Oncosfer atau larva
hexacant , jadi terkena ketika makan daging yang mengandung cisticercus yang
belum mati .
Ø Sebenarnya tidak akan ada cacing pita ini jika semua membuang kotorannya ke WC ( yang ada septic tank
nya).
Daur hidup taenia sp


1.
Proglotid yang
mengandung telur masak akan keluar ke alam bebas bersama faeces manusia. Dia
alam bebas telur termakan oleh hewan babi.
2.
Dalam usus babi, proglotid
terbawa aliran darah dalam bentuk Onkosfera (larva heksakan)
dan
masuk ke dalam otot lemak dengan melepaskan aitanya menjadi Sistiserkus.
3.
Bila manusia makan
daging yang mengandung sistiserkus akan menjadi cacing ddewasa dalam tubuh
manusia
D.
Peranan
Platyhelminthes
Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia
Platyhelminthes kebanyakan merugikan manusia Sebagian besar hidup sebagai
parasit di dalam usus ataupun dalam hati.Peranan Platyhelminthes dalam
kehidupan Cacing tanah dapat menyuburkan tanah Peranan Peranan nemathelminthes
bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang menguntungkan .Peranan
Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan Planaria menjadi salah satu makanan
bagi organisme lain Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia .
Pada umumnya Platyhelminthes
merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar dari infeksi
cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain:
➪ Memutuskan daur hidupnya,
➪ Menghindari infeksi dari
larva cacing,
➪ Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup sehat),dan
➪ Tidak memakan daging mentah
atau setengah matang (masak daging
sampai matang).
Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria
sp
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Rusyana
adum, Drs..(1989).zoologi invertebrata. Bandung: alfabet
Situs
Web:
4.
http://keluargasantososejahtera.blogspot.com/2011/03/contoh
hewan platyhelminthes tiap kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar