4. PLATYHELMINTHES
CESTODA
(Cacing Pita)
Tania
Saginata
Sejarah
Cacing pita dari sapi, telah dikenal sejak dahulu; akan tetapi identifikasi
cacing tersebut baru menjadi jelas setelah tahun 1782, karena karya Goeze dan
Leuckart. Sejak waktu itu,diketahui adanya hubungan antara infeksi cacing Taenia
saginata dengan larva sistiserkus bovis, yang ditemukan pada daging sapi;
bila seekor anak sapi diberi makan proglotid gravid cacing Taenia saginata,
maka pada dagingnya akan ditemukan sistiserkus bovis.
Hospes
dan Nama Penyakit
Hospes definitif dari cacing pita Taenia
saginata adalah manusia sedangkan hewan memamah biak dari keluarga
Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes perantaranya. Nama
penyakitnya adalah teniasis saginata.
Distribusi
geografik
Cacing tersebut adalah kosmipolit,
didapatkan di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, Amerika Utara, Amerika Latin,
Rusia, dan juga Indonesia, yaitu daerah Bali, Jakarta dan Lain-lain.
Morfologi
dan Daur Hidup
Cacing pita Taenia saginata adalah salah satu cacing yang berukuran besar dan
panjang; terdiri dari kepala yang disebut skoleks, leher dan strobila yang
merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak 1000 – 2000 buah. Panjang
cacing 4 – 12 meter atau lebih. Skoleks hanya berukuran 1 – 2 milimeter.
Mempunyai empat batil isap dengan otot-otot yang kuat¸tanpa kait-kait. Bentuk
leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan di dalamnya tidak terlihat struktur
tertentu. Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur)
yang dewasa (matur) dan yang mengandung telur atau disebut gravid. Pada
proglotid yang belum dewasa, belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas.
Pada proglotid yang dewasa terlihat struktur alat kelamin seperti folikel
testis yang berjumlah 300 – 400 buah, tersebar di bisang dorsal. Vas
deferensnya bergabung untuk masuk ke rongga kelamin (genital atrium), yang
berakhir di lubang kelamin (genital pore). Lubang kelamin ini letaknya
selang-seling pada sisi kanan dan kiri strobila. Di bagian posterior lubang
kelamin, dekat vas deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal pada ootip.
Ovarium terdiri dari 2 lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama. Letak
ovarium di sepertiga bagian posterior dan proglotid. Vitelaria letaknya di
belakang ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik.
Uterus tembuh dari bagian anterior ootip dan menjulur ke bagian anterior
proglotid. Setelah uterus ini penuh dengan telur, maka cabang-cabangnya akan
tumbuh, yang berjumlah 15 – 30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang
uterus (porus uterinus). Proglotid yang sudah gravid letaknya terminal dan
sering terlepas dari strobila. Proglotid ini dapat bergerak aktif, keluar
dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang dubur (spontan). Setiap harinya
kira-kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid ini bentuknya lebih panjang
daripada lebar. Telur dibungkus embriofor, yang bergaris-garis radial,
berukuran 30 – 40 x 20 – 30 mikron, berisi suatu embrio heksakan atau onkosfer.
Telur yang baru keluar dari uterus masih diliputi selaput tipis yang disebut
lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah
telur. Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak; cairan
putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi anterior
proglotid tersebut, terutama bila proglotid berkontraksi waktu gerak.
Telur-telur ini melekat pada rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi di
padang rumput; atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir.
Ternak yang makan rumput yang terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung, oleh
karena telur yang tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Emria heksakan
disaluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening
atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela
otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sistiserkus bovis,
yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi setelah 12 – 15 minggu.
Bagian tubuh ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter,
paha belakang dan punggung. Otot dibagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1
tahun cacing gelembung ini biasanyan mengalami degenerasi, walaupun ada yang
hidup sampai 3 tahun.
Bila cacing gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang
termakan oleh manusia, koleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara
evaginasi dan melekat pada mukosa usus halus seperti yeyunum. Cacing gelembung
tersebut dalam waktu 8 – 10 minggu menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus
hospes terdapat seekor cacing.
Patologi
dan Gejala klinis
Cacing dewasa Taenia saginata,
biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut
terasa tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala
tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak
lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat
terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus
yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing. Berat badan tidak jelas
menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya proglotid yang aktif dalam tinja, atau
keluar spontan; juga dengan ditemukannya telur dalam tinja atau usap anus.
Proglotid kemudian dapat diindetifikasi dengan meredamnya dalam cairan
laktofenol sampai jernih. Setelah uterus dengan cabang-cabangnya terlihat
jelas, jumlah cabang-cabang dapat dihitung.
Pengobatan
Obat yang dapat digunakan untuk mengobati teniasis saginata, secara singkat
dibagi dalam :
Obat tradisional : Biji
labu merah, biji pinang
Obat lama
:
Kuinakrin, amodiakuin, niklosamid
Obat baru
:
Prazikuantel dan albendazol
Prognosis
Prognosis umumnya baik; kadang-kadang sulit
untuk menemukan skoleksnya dalam tinja setelah pengobatan.
Epidemiologi
Cacing tersebut sering ditemukan di negara
yang penduduknya banyak makan daging sapi/kerbau. Cara penduduk memakan daging
tersebut yaitu matang (well done), setengah matang (medium) atau mentah (rare);
dan cara memelihara ternak memainkan peranan. Ternak yang dilepas di padang
rumput lebih mudah dihinggapi cacing gelembung tersebut, daripada ternak yang
dipelihara dan dirawat dengan baik di kandang.
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan mendinginkan daging sampai -10°C,
iradiasi dan memasak daging sampai matang.
Posted by dhyanjie on Mei 29,2012.
http://www.helmintologi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar