Halaman

THANK YOU FOR VISIT OUR BLOG
(.^_~.)

Sabtu, 02 Februari 2013

Artikel Kelompok 2

2. PORIFERA

Jangan Rendam Spons Usai Cuci Piring!


USAI menyantap makanan, biasanya piring, gelas serta wajan sehabis digunakan harus segera dicuci. Berhati-hatilah dalam mencuci piring, waspada kotoran tertinggal.

"Kalau mencuci piring, gelas, maupun wajan Anda harus menggunakan spons berbahan kasar karena akan mengangkat kotoran atau sisa minyak yang menempel. Jangan khawatir spons yang berbahan kasar tidak akan merusak wadah Anda," ucap Yunadi Aulia Desmawan, Brand Manager Scotch-Brite saat berbincang dengan Okezone usai acara edukasi untuk kaum ibu bertema Rumah Bersih Terawat, Keluargaku Sehat Bersama Scotch-Brite di restoran Eclectic, Cilandak Town Square, baru-baru ini.

Selain itu, dalam proses pencucian pun harus dilakukan dengan baik buka saja sebatas memperhatikan spons yang digunakan karena akan membuat piring, gelas hingga wajan Anda menjadi awet.

"Biasanya juga kalau mencuci piring Anda melakukan dengan asal saja, tapi cara itu harus dirubah karena dalam mencuci. Gunakan tangan khususnya jari dan telapak Anda lalu gosoklah dengan cara melakukan searah jarum jam dengan diputar, jika ada kotoran yang menempel gosoklah sedikit menekan spons bagian kasar namun jangan lakukan dengan keras karena akan merusak wadah Anda," lanjutnya.

Setelah dilakukan pencucian maka spons yang digunakan pun harus dilakukan pencucian secara bersih, sebab selain membuat spons Anda awet maka akan menghindari spons menjadi bau.

"Kalau sehabis mencuci, spons jangan dibiarkan begitu saja tetapi spons harus digantung biar sisa air yang ada di dalam spons bisa keluar dan tidak tertinggal di dalam karena bila masih ada di dalam maka akan cepat membuat spons Anda mudah rusak," lanjutnya.

Tidak hanya itu saja, Anda pun diwajibkan untuk menghindari kebiasaan mencuci dengan memakai spons dengan cara direndam tanpa dilakukan pembersihan terlebih dahulu.

"Kalau sehabis cuci, spons Anda rendam semalaman atau beberapa menit saja tanpa Anda angkat maka akan mengundang bakteri masuk ke dalam spons tersebut dan menimbulkan bau dan cara ini sudah menjadi kebiasaan Anda di rumah, bahkan bisa berdampak berbahaya buat kesehatan jika cara ini dibiarkan terus menerus," katanya. (uky)
(ftr)

Mengapa bakteri banyak berkumpul di spons pencuci piring??
Ditulis pada Mei 22, 2012
Description: Image
Kebanyakan ibu rumah tangga sudah merasa cukup untuk mencuci spons pencuci piring dengan air setelah dipakai dan menggantinya dengan yang baru sebulan sekali. Padahal, spons cuci piring termasuk dalam gudang kuman yang bisa menularkan penyakit.
Dalam sebuah studi mengenai kebersihan dapur di Singapura terungkap bahwa 88 persen spons pencuci piring yang dites mengandung bakteri salmonella dan Escherichia coli (E.coli).
Pemakaian spons berulang kali untuk membersihkan alat makan, bahkan mencuci sink (tempat cuci piring), menyebabkan spons menjadi tempat yang nyaman bagi berkumpulnya kuman.
“Spons juga umumnya berada di lingkungan yang lembab dan basah karena semalaman direndam dalam cairan sabun. Ini adalah lingkungan yang kondusif bagi perkembangbiakan kuman,” kata Dr.Emily Cheah, ahli mikrobiologi.
”Spons yang terus basah pasti akan banyak banyak terdapat bakteri. Apalagi, spons mengandung bahan karet dan kalau tidak diganti secara teratur, bisa tak sengaja dikonsumsi dan membahayakan kesehatan,” kata Profesor Rachmadhi.
Saat Staphylococcus Aerues masuk dalam tubuh maka bisa menyebabkan mual hebat, muntah, nyeri perut, diare hingga pusing. Sedangkan, infeksi Pseudomonas pp akan menyebabkan ruam-ruam dan infeksi telinga.
Dalam penelitian yang dilakukannya, para peneliti membagikan spons pencuci piring dan talenan baru kepada 25 rumah tangga untuk dipakai selama 7 hari. Kemudian setelah itu spons dan talenan tersebut dikumpulkan dan diperiksa.
Dalam studi yang dilakukan di bulan September 2011 itu ditemukan 72 persen rumah tangga menggunakan spons yang sama untuk mencuci piring dan membersihkan area tempat cuci piring dan talenan.
Menurut Cheah, kebiasaan tersebut akan meningkatkan risiko kontaminasi silang karena terjadi kontak dengan alat yang dipakai untuk menyiapkan daging.
“Bila satu spons dipakai untuk segala keperluan risiko kontaminasi bakteri akan meningkat. Ini beresiko tinggi pada orang yang kekebalannya rendah seperti anak-anak dan orang lanjut usia,” katanya.
Para ahli merekomendasikan agar spons diganti setiap dua minggu sekali. Untuk mencegah kontaminasi bakteri yang berasal dari daging mentah, disarankan untuk menggunakan talenan yang berbeda dengan yang dipakai untuk mengolah sayuran atau makanan matang.
Selain mengganti secara berkala, dianjurkan juga untuk mengeringkan spons di bawah sinar matahari atau dalam microwave setelah tidak dipakai lagi.
Sebaiknya segera bersihkan spons usai mencuci peralatan makan dan memasak. Lalu, keringkan agar tak memberi kesempatan bakteri dan jamur tumbuh. Jangan sampai spons yang kembali Anda gunakan untuk mencuci peralatan makan berikutnya menjadi sarang bakteri.
Sponge Pencuci Piring Sponge yang digunakan untuk mencuci piring ternyata menjadi alat yang penuh dengan bakteri. Sponge ini mengandung kuman, ragi dan bakteri 150 kali lebih banyak dari gagang sikat gigi. Secara umum, bakteri yang ada pada sponge tidak membuat Anda sakit. Tapi beberapa bakteri seperti salmonella dan E. coli dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Untuk mengatasinya, panaskan sponge Anda selama dua menit di microwave dan menggantinya setiap dua minggu sekali.

Description: H:\porifera\tipe-tipe saluran air.pngDescription: H:\porifera\macam2 spikula.jpg


Diskodermolida
Pengertian Diskodermolida
Diskodermolida adalah poliketida lakton produk alami baru yang pertama kali diisolasi pada tahun 1990 dari ekstrak porifera (spons) laut langka di perairan Karibia, yaitu Discodermia dissoluta oleh kimiawan Dr. Sarath Gunasekera dan ahli biologi  Dr. Ross Longley.Porifera ini mengandung 0,002% diskodermolida (7 mg/434 g porifera). Kerangka karbon molekul ini terdiri dari delapan unit polipropionat dan empat unit asetat dengan 13 stereopusat dengan massa molar 593,79 g/mol dan titik leleh 112-1130C. Senyawa diskodermolida  ini sensitif terhadap cahaya, sehingga porifera harus dipanen pada kedalaman paling sedikit 33 meter. Diskodermolida pertama kali ditemukan mempunyai aktivitas imunosupresif dan antijamur. Namun, tidak lama ini diskodermolida ditemukan berpotensi sebagai inhibitor dari pertumbuhan sel tumor.
Diskodermolida telah ditemukan menghambat proliferasi sel-sel manusia dengan menghentikan siklus sel pada G2- dan fase M. Ia menghiperstabilisasi mikrotubula, terutama semasa pembelahan sel. Hiperstabilisasi gelendong mitosis menyebabkan siklus sel terhenti dan menjadi mati dikarenakan apoptosis. Terhadap berbagai macam lini sel,ia memiliki aktivitas yang terukur IC50 = 3-80 nM. Diskodermolida akan bersaing dengan paklitaksel pada pengikatan mikrotubula, namun diskodermolida mempunyai afinitas dan efektivitas yang lebih tinggi terhadap sel-sel kanker yang kebal terhadap paklitaksel dan epotilona.

Aktivitas Biologi Diskodermolida
       -  Meningkatkan polimerisasi tubulin larut.
       -  Menghiperstabilkan mikrotubulus.
-  Menghentikan siklus sel dan menginduksi apoptosis.
       -  Aktif terhadap sel kanker yang resisten terhadap multi obat.
       -  Bekerja sinergis dengan Taxol.

Potensi Aplikasi Diskodermolida
        -Agen kemoterapi terhadap tumor padat.
        -Agen kemoterapi terhadap tumor resisten Taxol (atau obat).
        - Digunakan dalam terapi dikombinasikan dengan Taxol.

Harbor Branch Oceanographic Institution memberikan lisensi diskodermolida kepada Novartis, yang memulai fase 1 uji coba klinispada tahun 2004. Penumpukkan pasien dihentikan oleh karena toksisitas obat. Amos B. Smith's research group (berkolaborasi denganKosan Biosciences) memiliki program pengembangan obat praklinis yang sedang berlangsung.
Suplai senyawa yang diperlukan untuk uji coba klinis tidak dapat dipenuhi dengan pemanenan, isolasi, dan pemurnian. Pada tahun 2005, usaha melakukan sintesis atau semi-sintesis denganfermentasi terbukti gagal. Oleh karena itu, semua diskodermolida yang digunakan untuk kajian praklinis dan uji coba klinis berasal dari sintesis total berskala besar.
Senyawa-senyawa yang termasuk diskodermolida adalah diktiostatin, epotilona, eleuterobin, laulimalida, dan paklitaksel.

Sintesis Diskodermolida
Sintesis senyawa poliketida ini sangat sulit. Sintesis dari senyawa ini yang pernah dianggap tidak mungkin dapat dilakukan sekarang secara rutin dalam skala laboratorium dan mendekati viabilitas ekonomi pada skala yang lebih besar pada kasus-kasus tertentu. Tetapi sintesis ini dapat di sintesis dengan reaksi aldol. Pola struktur aldol sangat umum terdapat pada poliketida, sebuah kelas produk alami yang darinya banyak obat-obatan diturunkan, meliputi immunosupresan manjur FK506, antibiotik tetrasiklina, dan agen antijamur amfoterisin B. Riset yang ekstensif terhadap reaksi aldol telah menghasilkan metode-metode reaksi yang sangat efisien, yang memperbolehkan sinstesis banyak poliketida. Di bidang biokimia, reaksi aldol adalah salah satu langkah kunci dalam glikolisis, dimana reaksi ini dikatalisasi oleh enzim aldolase.

Teknologi Diskodermolida
Diskodermolida merupakan sebuah poliketida yang pertama kali diisolasi dari spons dalam air laut. Discodermia dissoluta sebagai properti imunosupresif, adalah agen anti-tumor kua.
Hal tersebut meningkatkan polimerisasi tubulin larut dan hiperstabilisasi mikrotubulus. Dalam mekanisme ini, bersama-sama dengan Taxol­TM, menghambat siklus sel pada fase G2/M (fase reparasi) dan juga menginduksi apoptosis.
Meskipun secara mekanismenya mirip dengan Taxol­TM dan beberapa senyawa tubulin-interaktif lainnya, senyawa diskodermolida lebih efektif digunakan sebagai pengobatan karena lebih potensial terhadap beberapa jenis sel kanker. Selain itu, diskodermolida bukan merupakan substrat untuk glikoprotein-p, oleh karena itu aktif terhadap Taxol­TM.

Sel yang resisten.
Beberapa penelitian dari beberapa kelompok peneliti yang meneliti tentang senyawa tubulin-interaktif menyatakan bahwa kombinasi antara Taxol­TM dengan diskodermolida dapat meningkatkan khasiat sekaligus mengurangi efek samping yang tidak diinginkan.
Pada mulanya, pasokan senyawa diskodermolida yang digunakan untuk mendukung evaluasi biologi adalah produk alami hasil isolasi dari Discodermia dissoluta, akan tetapi hasil yang diperoleh sedikit dan untuk mengisolasinya sangat sulit, karena bahan yang dibutuhkan tidak cukup, sehingga tidak dapat mendukung perkembangan penelitian lebih lanjut.
Menanggapi potensi dari diskodermolida sebagai agen kemoterapi kanker, beberapa kelompok peneliti telah mengembangkan senyawa sintesis, termasuk sintesis 1 g oleh kelompok Smith di Penn State. Lebih dari 50 g diskodermolida diproduksi untuk Tahap I uji klinis oleh Novartis menggunakan modifikasi dari sintesis Smith and Paterson.
Diskodermolida tetap layak sebagai suatu potensi yang dapat berkembang karena polimerisasi tubulin dan hiperstabilisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar