Halaman

THANK YOU FOR VISIT OUR BLOG
(.^_~.)

Minggu, 03 Februari 2013

Modul Kelompok 4

MODUL PEMBELAJARAN ZOOLOGI INVERTEBRATA

4. Platyhelminthes
A.    Pengertian platyhelminthes

Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, (Platy = Pipih dan Helminthes = cacing). Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.Merupakan binatang triploblastik aselomata, tubuh pipih seperti pita, hidup di air tawar, laut, tanah yang lembab atau sebagai parasit pada hewan/ tumbuhan. Cacing yang hidup parasit mempunyai lapisan kuticula, alat penghisap atau alat kait yang digunakan untuk menempel pada dinding sel inangnya.Saluran pencernakan belum sempurna, hanya mempunyai mulut tanpa anus, ususnya bercabang-cabang.

B.     Karakteristik Platyhelminthes
             Ciri-ciri Platyhelminthes:
1.     Memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik)
2.     Tidak memiliki rongga tubuh (aselomata)
3.     Simetri bilateral
4.     Memiliki sistem syaraf (tangga tali) berupa Ganglion anterior
5.     Sistem pencernaan satu lubang
6.     Tidak memiliki sitem sirkulasi, respirasi, dan ekskresi
7.     Hidup di air tawar/laut, tempat lembab, atau di dalam tubuh hewan lain.
              Struktur tubuh

dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuh Platyhelminthes.
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga.
Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
                                                                                      
           
Reproduksi

Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada Reproduksi seksual terjadi fertilisasi di dalam tuubuh Platyhelminthes. Fertilisasi dapat dilakukan oleh sendiri atau dua individu.
Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan cara faragmentasi. Setelah membelah, bagian potongan tubuh tersebut mengalami regenerasi dan tumbuh menjadi individu baru.
Cara Hidup dan Habitat
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia

C.     Klasifikasi
Jenis Platyhelminthes dikelompokan menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing rambut getar), Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (caing pita).

1.     Turbellaria (cacing rambut getar)
                               platyhelm_turbellaria_dugesia

Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm.Silia digunakan untuk bergerak.Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang.Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satucontohTurbellaria,yaituDugesia.
Contoh hewan kelas  turbellaria
1.     Dugesia
Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari,makanannya.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam,usus.

Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia. Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.




2.     Planaria sp
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTQ3icOZqudyKudGuMqhyXsRbFw4_MC45nS-9XX6LAbmbzP2a9n

Ciri-ciri umum Planaria:
1.     Panjang tubuh planaria dapat mencapai 2-3 cm.
2.     Tubuhnya ditutupi oleh lapisan epidermis yang mengandung kelenjar-kelenjar unisel yang terbuka.
3.     Pada epidermis bagian permukaan ventral terdapat bulu getar(silia) yang bangun untuk pergerakan.
4.     Bagian kepala planaria tampak berbentuk segitiga.
5.     Pada bagian tersebut terdapat dua bintik mata yang berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya.
6.     Anggota Turbellaria merupakan kelompok cacing pipih yang memiliki silia(bulu getar).
7.     Salah satu turbellaria yang sering dipelihara Planaria naculata/ Dugesia sp.
8.     Planaria biasanya hidup di air tawar (kolam/ sungai)yang jernih, melekat pada batu-batuan, atau daun.
9.     Bintik mata tersebut belum dikatakan sebagai alat penglihatan.
10.                        System pencernaan makanan planaria terdiri atas mulut, kerongkongan dan usus.
11.                        Faring dapat dijulurkan untuk menangkap makanan.
12.                        Memiliki usus yang bercabang tiga, satu cabang kearah anterior dan dua cabang kea rah posterior.
13.                        Alat ekskresi jenis cacing ini berupa sel api.
14.                        Susunan sarafnya merupakan system tangga tali.
15.                        Planaria bereproduksi dengan cara generatif dan vegetatif.
16.                        Reproduksi secara generatif terjadi melalui pembuahan sel telur oleh spermatozoid.Lubang kelamin terdapat di sebelah bawah mulut.
17.                        Planaria bersifat hermafrodit.
18.                        Reproduksi secara vegetatif dilakukan melalui fragmentasi.
19.                        Planaria dikenal dengan memiliki daya regenerasi yang tinggi.
20.                        Jika tubuhnya dipotong-potong, maka setiap potongan tubuhnya akan tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
21.                        Sel-sel api (Flame Cell), dimiliki oleh organisme Platyhelmintes, seperti planaria. Sel-sel api didistribusikan sepanjang sistem tabung bercabang. Cairan tubuh disaring melalui sel-sel api, dengan cara memindahkan cairan ke dalam sistem tabung yang dimiliki organisme tesebut. Zat buangan (air dan garam) disekresi dari sistem tabung melalui lubang-lubang (pori-pori) yang ke luar tubuh.

Saluran Pencernaan
Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut.

Sistem Ekskresi
Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata.

Sistem Reproduksi
Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Repproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap.
Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi.

http://belajar.kemdiknas.go.id/file_storage/modul_online/MO_96/Image/gb15ok.jpg http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRpTXjEoV855MK7XyTOQNJkFM-QikiiANnX_3QkFO_uixuTGkuEm3JUtvGpYg
            Reproduksi planaria                                struktur tubuh planaria

2.     Trematoda (cacing isap)
             platyhelm_trematoda_clonorchis
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh inangnya.Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.Dengan demikian, Trematoda merupakan hewan parasit.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata.Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Salah satu contoh Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).Cacing hati memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang, yaitu inang utama dan inang sebagai perantara.Daur hidup cacing hati terdiri dari fase seksual dan aseksual.Fase seksual terjadi saat cacing hati dewasa berada di dalam tubuh inang utama.Fase aseksual dengan membelah diri terjadi saat larva berada di dalam tubuh inang perantara.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lain sebagai berikut :
1. Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina )
 cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
2.  Schistosoma japonicum
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah pad saluran pencernaan manusia.Manusia merupakan inang utamanya, namun hewan juga dapat terinfeksi seperti tikus, anjing, babi, dan sapi.Inang perantaranya adalah siput amphibi Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri, berat badan turun, dan pembengkakan hati.
3. Paragonimus westermani
Cacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.
 Contoh hewan kelas trematoda
1.     Fasciola hepatica
Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda (Platyhelminthes). Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 – 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin.
Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak.
Ciri-ciri Fasciola Hepatica
Fasciola Hepatica hidup pada saluran empedu hewan ternak. Tubuh berbentuk seperti daun yang membulat pada ujung depan dan lancip pada ujung belakang. Panjang tubuh sekitar 30 mm. alat hisap depan dikelilingi oleh mulut. Mulut dilengkapi dengan faring dan esophagus. Cacing ini memiliki saluran pencernaan yang hanya memiliki satu lubang sebagai mulut dan sekaligus sebagai anus.
Alat eksresi fasciola hepatica berupa sel api (flame cell). System saraf dilengkapi sepasang ganglion dengan saraf longitudinal dan saraf transversal.
Alat reproduksi pada Fasciola Hepatica jantan memiliki sepasang testis dan penis. Testis bercabang-cabang yang terletak di bagian tengah tubuh. Alat reproduksi pada cacing betina adalah ovarium. Ovarium yang bercabang ini memiliki kelenjar kuning telur. Setiap telur yang telah mengalami fertilisasi bercampur dengan kuning telur dan diberi pelindung berupa cangkang.
Telur yang keluar dari tubuh cacing akan melewati saluran empedu yang kemudian sampai di usus halus (intestin). Telur keluar dari tubuh hewan ternak melalui feses. Telur yang berada pada lingkungan yang ideal akan menetas pada waktu 9 hari. Jika suhu dingin, telur dapat bertahan untuk beberapa tahun.

http://1.bp.blogspot.com/-u7nFTA5UNWM/TsHICfeTmaI/AAAAAAAAAIY/uG8Zb9mFPuE/s1600/fasciola+hepatica2.jpg                               






Struktur tubuh fasciola hepatica

Siklus hidup Fasciola Hepatica
http://3.bp.blogspot.com/-rTxzSdg-JiQ/TsHIDkVAxSI/AAAAAAAAAIg/X5hSZOcg7Q4/s1600/fasciola+hepatica+daur+hidup.jpg
Gambar : Siklus hidup Fasciola Hepatica
Telur Fasciola Hepatica menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan berenang di air tetapi tidak lebih dari 24 jam. Mirasidium ini harus menemukan inang sementara, yaitu siput air tawar (Lymnaea javanica). Jika larva tidak menemukan siput air tawar, mirasidium akan mati. Larva mirasidium menginfeksi siput air tawar disertai menghilangkan silianya. Dalam waktu dua minggu larva mirasidium berkembang,menjadisporokist.

Dalam tubuh siput, sporokist secara paedogenesis berkembang menjadi larva lain yaitu disebut redia. Setiap satu sporokist akan menjadi 3-8 redia. Setelah delapan hari, redia berubah menjadi serkaria dengan ekor yang membulat.
Serkaria ini akan keluar dari tubuh siput. Larva akan berenang untuk beberapa jam dan menempel pada rumput air. Pada waktu menempel di rumput air, larva serkaria melepaskan ekornya sehingga berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria dapat menempel pada rumput sampai beberapa bulan. Jika rumput dimakan oleh hewan ternak, larva ini kan masuk ke usus halus hewan ternak. Larva ini menembus dinding usus dan bersama aliran darah dapat sampai ke hati hewan ternak untuk beberapa minggu. Setelah dari hati, larva menuju saluran empedu dan menjadi dewasa. Cacing dewasa dalam saluran empedu akan bertelur. Telur tersebut keluar melalui usus.

Daur hidup Chlonorchis sinensis 

·         Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica,
·         TuMiSiR Calon MC ( Telur - Mirasidium - Sporosis - Redia - Cercaria - MetaCercaria ) hanya saja metaserkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara
·         Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepaticahanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting. 

Daur hidup Schistosoma japonicum

·         Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia 
·         kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), 
·         lalu telur keluar bersamatinja dan urine.
·         Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput.
·         Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi larva sporosis - redia dan serkaria 
·         serkaria menjadi metacercaria yang ekornya bercabang.
·         meta serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, 
limpa, kantong urine dan ginjal. 

Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lainsebagai berikut : 
1.     Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
2.     Schistosoma japonicum Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah padasaluran pencernaan manusia.
3.     Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri,berat badan turun, dan pembengkakan hati.
4.     Paragonimus westermaniCacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.

3.     Cestoda (cacing pita)

http://2.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/S7e-HS9TonI/AAAAAAAACo0/AvBpikR5y0U/s320/taenia+Saginata.+platyhelminrhes.bmp
Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid.Pada skoleks terdapat alat pengisap.Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing.Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus).Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.Inang pernatara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.
Cacing pita memiliki ciri khusus berupa bentuk tubuhnya yang pipih dan memanjang seperti pita. Cacing jenis ini tidak mempunyai saluran pencernaan karena sari-sari makanan akan langsung bisa diserap melalui permukaan tubuhnya. Tubuh Cestoda terdiri dari ruas-ruas yang disebut dengan proglotid. Setiap proglotid pada cacing pita mempunyai sistem reproduksi dan ekskresinya sendiri, oleh karena itulah cacing pita dianggap sebagai koloni individu.
Ciri – ciri  Cestoda
·        Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invetebrata.
·        Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup oleh kutikula ( zat lilin)
·        Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang bentuknya pipih panjang seperti pita.
·        CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi : Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
·        Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
·        Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila).
·        Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
·        Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
·        Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi.
·        Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
·        Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
·        Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
·        Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).
·        Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga sendiri ( metameri).

                            http://1.bp.blogspot.com/-87u2sG8zTR4/UGbhUjT4ASI/AAAAAAAAUGc/JPl5BriCBQY/s320/PROGLOTID.jpg
·        Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
·        Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh cacing.
·        Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.
·        Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.


                            cestoda

Contoh cacing pita antara lain adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Cacing ini adalah parasit pada tubuh manusia dengan inang perantara hewan babi dan sapi. Cacing ini masuk kedalam tubuh sapi atau babi melalui larva Taenia .sp yang termakan kedua hewan tersebut. Larva yang tertelan kemudian akan berada di usus halus dan tumbuh menjadi heksakan. Larva ini kemudian akan menembus usus halus lalu terbawa oleh aliran darah dan masuk ke dalam daging. Jika daging babi atau sapi ini dimakan oleh manusia, maka cacing ini akan masuk dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia. Cacing pita dewasa dapat mencapai ukuran panjang tubuh hingga 20 cm. Dan berikut adalah gambar ilustrasi daur hidup Taenia .sp
Contoh hewan kelas cestoda
CACING PITA ( Taenia sp )

Manusia  adalah satu-satunya inang utama dari perkembangan cacing ini . sebagai inang permanen “host definitif”  untuk Taenia saginata dan Taenia solium , maka tentu ada inang sementara (Hospes) yang  sebelum berada di manusia , Hospes itu adalah Ternak . Ternak bisa sapi ataupun babi ,
1.      Sapi sebagai pembawa Taenia saginata
2.      Babi sebagai pembawa Taenia solium
                                        
Manusia yang mengandung cacing pita dewasa  di usus halusnya itu  , dipastikan pada Proglotid segmen terakhir yang masak “mature” banyak mengandung telur  yang sudah dibuahi membentuk Zygot.  Dimana telur yang ada di Progloyid itu dilepaskan (Fragmentasi) sehingga mengikuti sisa makanan ke usus besar dan ke anus . Telur yang berada bersama  kotoran itu ; bisa bertahan selama berhari-hari untuk bulan di lingkungannya .
 Sapi (T. saginata) dan babi (T. solium) menjadi terinfeksi oleh vegetasi  rumput yang terkontaminasi dengan telur atau proglottids itu.
Dalam usus ternak telur tergesek sehinngga menetas membentuk larva  yang disebut Oncospheres , segera tumbuh membentuk  larva Hexacant ( larva dengan 6 kait yang tajam), hexacant  menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik ( daging) , di mana mereka berkembang menjadi Cysticercus. Sebuah cysticercus dapat bertahan hidup selama beberapa tahun di daging Ternak.
Manusia terinfeksi karena menelan mentah atau setengah matang daging yang terinfeksi / di dalamnya ada Cysticercusnya . Dalam usus manusia Cysticercus berkembang lebih dari 2 bulan menjadi  cacing pita dewasa , yang dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun.
Cacing pita dewasa melekat pada usus halus  dengan Scolexnya  { kepala) dan scolex mereka berada menancap di dinding  usus halus Panjang cacing dewasa biasanya 5 m atau kurang untuk T. saginata (namun mungkin mencapai sampai 25 m) dan 2 untuk 7 m untuk T. solium.
Proglottids atau bagian segment nya dari cacing pita bagian posterior yang paling belakang ( paling dewasa)  menghasilkan telur yang matang,  Proglotid itu kemudian dilepaskan dari cacing pita, dan bermigrasi ke usus besar , bersama kotoran segera le anus  (sekitar 6 per hari).

·        Taenia  saginata dewasa biasanya memiliki 1.000 hingga 2.000 proglottids,
·        Taenia solium dewasa memiliki rata-rata 1.000 proglottids.
·        Telur yang terkandung dalam proglottids yang dewasa   dilepaskan bersama kotoran.
·        Taenia  saginata dapat menghasilkan sampai 100.000 telur
·        Taenia  solium dapat menghasilkan 50.000 telur per proglottid masing-masing.

Ø Distribusi  geografis pada  cacing pita Taenia solium lebih menonjol di masyarakat miskin di mana manusia hidup dalam hubungan yang dekat dengan babi dan makan daging babi kurang matang, dan sangat jarang terjadi di negara-negara Muslim.

Ø Siklus Cacing Pita ( Taenia saginata / Taenia solium ) adalah T-O-H- C (Cacing)  maksudnya Dari Telur – Oncosfer – Hexacant – Cysticercus         ( diternak ) dan dimanusia menjadi Cacing dewasa .

Ø Manusia terinfeksi cacing pita ketika makan daging ternak yang mengandung Cysticercus,artinya manusia terinfeksi oleh cacing pira tidak dalam bentuk cacing dewasa , atau dari telurnya atau dalam bentuk jarva Oncosfer atau larva hexacant , jadi terkena ketika makan daging yang mengandung cisticercus yang belum mati .

Ø Sebenarnya tidak akan ada cacing pita ini jika semua membuang   kotorannya ke WC ( yang ada septic tank nya).


                           Daur hidup taenia sp


    Tapeworm Life Cycle



              http://3.bp.blogspot.com/-RGq1GE4w_0I/TbokXpnRW7I/AAAAAAAAAkE/ybA4zR684q4/s1600/daur+hidup+cacing+pita.jpg
1.     Proglotid yang mengandung telur masak akan keluar ke alam bebas bersama faeces manusia. Dia alam bebas telur termakan  oleh hewan babi.
2.     Dalam usus babi, proglotid terbawa aliran darah dalam bentuk Onkosfera (larva heksakan)
 dan masuk ke dalam otot lemak dengan melepaskan aitanya menjadi Sistiserkus.
3.     Bila manusia makan daging yang mengandung sistiserkus akan menjadi cacing ddewasa dalam tubuh manusia

D.    Peranan Platyhelminthes
Peranan Platyhelminthes bagi Kehidupan Manusia Platyhelminthes kebanyakan merugikan manusia Sebagian besar hidup sebagai parasit di dalam usus ataupun dalam hati.Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan Cacing tanah dapat menyuburkan tanah Peranan Peranan nemathelminthes bagi kehidupan manusia secara ekonomi tidak ada yang menguntungkan .Peranan Peranan Platyhelminthes dalam kehidupan Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia .
ž Pada umumnya Platyhelminthes merugikan, sebab parasit pada manusia maupun hewan. Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa cara, antara lain:
            Memutuskan daur hidupnya,  
            Menghindari infeksi dari larva cacing,  
         Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat    hidup  sehat),dan  
 ➪ Tidak memakan daging mentah atau setengah  matang (masak daging sampai  matang).  
ž  Platyhelmintes yang menguntungkan: Planaria sp
                                            

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Rusyana adum, Drs..(1989).zoologi invertebrata. Bandung: alfabet

Situs Web:
2.    http://id.wikipedia.org/wiki/klasifikasi platyhelminthes
3.    http://id.wikisource.org/wiki/ciri-ciri platyhelminthes
4.    http://keluargasantososejahtera.blogspot.com/2011/03/contoh hewan platyhelminthes tiap kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar